Senin, 29 Desember 2014

Co-Leading

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Pemimpin kelompok dengan satu atau lebih teman sejawat akan sangat menguntungkan, khususnya bagi konselor pemula. Dalam hal ini terdapat beberapa isu  yang perlu dipertimbangkan saat bekerja dengan co-leading (lebih dari satu pemimpin). Dalam hal ini ada tiga model co-leading yang dapat dipakai. Contoh sederhana adalah saat co-leader mengambil tempat pada saat arahan terhadap kelompok. Co-leading memberi kesempatan luas untuk saling pandang saat terjadi perbedaan-perbedaan pandangan. Dengan adanya co-leading ini mempermudah dalam pemberian arahan, co-leading memungkinkan pemimpin kelompok untuk meningkatksn kemampuan anggota kelompok dengan pemberian ksempatan seluas-luasnya, dan lain sebagainya sehingga memungkinkan untuk menciptakan pemimpin yang handal.
1.2  RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Mengapa co-leading perlu dipertimbangkan ?
2.      Apa sajakah model co-leading ?
3.      Bagaimana cara agar co-leading dapat berjalan dengan baik ?
4.      Apa dampak psitif dan negative co-laeding ?
  
1.3  TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas dapat ditarik tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui mengapa co-leading perlu dipertimbangkan.
2.      Mengetahui model-model co-leading.
3.      Mengetahui cara yang harus ditempuh agar co-leading dapat berjalan dengan lancar.
4.      Mengetahui dampak positif dan negative co-leading.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PERLUNYA CO-LEADING DIPERTIMBANGKAN
Ada beberapa hal yang menyebabkan co-leading perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
1.      Co-leading mempermudahkan dalam pemberian arahan dari pada dilakukan dilakuakan secara sendiri. Misal, co-leader dapat menambahkan ide-ide dan ikut bertanggung jawab selama kegiatan konseling kelompok berlangsung serta membantu saat bekerja dengan yang dianggap sulit, seperti turut aktif dalam diskusibyang memungkinkan untuk mengadakan perubahan-perubahan baik topic diskusi maupun peserta diskusi.
2.      Sebagai peer-feedback (pasangan umpan balik). Co-leading dapat memungkinkan pemimpin kelompok meningkatkan kemampuan anggota kelompok dengan cara saling mendapatkan umpan balik sesame mereka. Jika diberi kesempatan yang luas belajar dari pengalaman yang memunkinkan co-leading akan menjadi pemimpin kelompok yang handal.
3.      Interaksi model (interactive modeling). Co-leader dapat dijadikan sebagai model untuk anggota kelompok. Kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dan kerja sama dapat terlihat saat kerjasama kelompok.
4.      Co-leader yang mempunyai pengetahuan khusus akan banyak diperlukan, misal dalam kelompok pembinaan remja hamil, pengetahuan yang berkaitan dengan pemeliharaan kehamilan (prenatal) akan berguna dan merupakan bahan informasi yang sejalan bagi kelompok tersebut.
5.      Co-leader sering mengetengahkan pandangan pengalaman kehidupan yang berbeda kelompok saat berlangsungnya diskusi kelompok dan hal ini dapat dijadikan sebagai salah astu rujukan pandangan dan isu-isu informasi kelompok.


2.2 MODEL-MODEL CO-LEADING
            Model co-leading ada tiga macam, yakni alternative leading, sharcd leading dan the appretince model. Dari ketiga model co-leading ini pemilihan disesuaikan dengan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai kelompok . begitu pula, dengan pengalaman dari kedua pemimpin kelompok, pola atau gaya masing-masing individu co-leader, dan tingkat kemampuan dalam merasakan adanya kebutuhan akan sangat menunjang kepemilikan bentkuk model.
1.      Alternative leading merupakan model alternative yang dalam model ini co-leader mengambil peran utama dalam pengarahan. Model ini sangat tepat jika co-leader4 secara lebih jauh dapat membawapemecahan dalam diskusi dan menemukan solusinya dengan cara membawa anggota kelompok melalui araha-arahan yang berlawanan, member dorongan, menjelaskan, dan menyimpulkan hasilnya.
2.      Shared leading dapat terjdi bila co-leader member andil dalam kepemimpinan kelompok pada waktu periode tertentudengan secara aktif berperan sebagai anggota yang bekerjasama, turut larut,dan yang turut membesarkan hati mereka.
3.      Appretince model dalam model ini biasanya pemimpin kelompok harus lebih berpengalaman dari pada anggotanya. Dalam hal ini, co-leader perlu banyak belajar melalui apa yang ia lihat dan coba sendiri untuk member arahan pada beberapa kesempatan tertentu.

2.3 CARA CO-LEADING BERJALAN LANCAR
            Agar co-leading dapat brjalan dengan lancar, maka bagi pemimpin kelompok harus memiliki komprten dalam bidang berikut :
1.      Knowledge (ilmu pengetahuan)
Pengetahuan yang berkaitan dengan bahan-bahan diskusi harus sudah dikuasai agar para anggota kelompok tidak mendapatkan persaan kecewa yang mendalam. Pemimpin atau konselor kelompok yang baik puya rasa tanggung jawab yang beretika untuk selalu berusaha mencari bagaimana cara dan upaya untuk mengaplikasikan bahan-bahan diskusi.
2.      Perkembangan diri personal growth (perkembangan diri)
Tidak etis bila pemimpin kelompok menggunakan kelompok bimbinganya untuk kepentingan peningkatan perkembangan dirinya. Namun, perkembangan dirinya seharusnya diperoleh dari hasil latihannya.
3.      Dual relationships
Hubungan timbal balik secara dua arah akan sangat menguntungkan konseli dan anggota kelompok. Isal beberapa kelompok dari seorang pemimpin kelompok yang juga sebagai konselor dalam suatu keluarga,biasanya memanfaatkan sosialisasi dari kedua bentuk kegiatan tersebut dalam konselingnya. Tetapi tidak boleh dilakukan manakala yang merupakan konseli tersebutmasuk dalam konseling individual.
4.      Confidentiality (kerahasiaan)
Ada dua hal pokok yang berkenaan dengan etik kerahasiaan, yakni yang pertama pemimpin kelompok hendaknya menyimpan semua rahasiaseluruh anggota kelompok dan yang kedua adanya kelangkaan kemampuan pemimpin kelompok untuk melakukan control secara menyeluruh berkenaan dengan cara-cara penyimpanan data rahasia tersebut. Oleh karenanya pemimpin kelompok harus berhati-hati memberikan informasi kepada siapapun tidak terkecuali anggota keluarga, teman dekat, teman bisnis, dan lain sebagainya, jadi pemimpin kelompok harus bisa menjamin kerahasiaan semua konseli.

2.4 DAMPAK POSITIF NEGATIF CO-LEADING
Beberapa pemimpin konseling kelompok lebih senang kerja sendirian, dan beberapa pemimpin kelompok yang lain lebih senang menggunakan pembantu (ko-pemimpin) khusunya ketika mereka menangani kelompok-kelompok besar yang memiliki anggota lebih dari 12 orang, Ko-pemimpin adalah seorang profesional yang telah dilatih. Ketepatan penggunaan ko-pemimpin tergantung pada banyak faktor, termasuk didalamnya pertimbangan-pertimbangan ekonomi, ukuran kelompok dan kompabilitas (kesesuaian) pemimpin. Bagaimanapun penggunaan ko-pemimpin mengimplikasikan adanya kemanfaatan dan problem.
Keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan ko-pemimpin kelompok adalah:
1.      Mudah menangani kelompok dalam situasi sulit
2.      Memberikan lebih banyak model
3.      Umpan balik
4.      Berbagi pengetahuan khusus
5.      Pertimbangan praktis
Sedangkan keterbatasan penggunaan ko-pemimpin dalam konseling kelompok adalah:
1.      Kurang adanya upaya yang terkoordinasi
2.      Terlalu banyak perhatian diberikan pada pemimpin
3.      Kompetisi
4.      Kolusi















BAB III
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
 Beberapa pemimpin konseling kelompok lebih senang kerja sendirian, dan beberapa pemimpin kelompok yang lain lebih senang menggunakan pembantu (ko-pemimpin) khusunya ketika mereka menangani kelompok-kelompok besar yang memiliki anggota lebih dari 12 orang, Ko-pemimpin adalah seorang profesional yang telah dilatih. Ketepatan penggunaan ko-pemimpin tergantung pada banyak faktor, termasuk didalamnya pertimbangan-pertimbangan ekonomi, ukuran kelompok dan kompabilitas (kesesuaian) pemimpin. Bagaimanapun penggunaan ko-pemimpin mengimplikasikan adanya kemanfaatan dan problem.
Dengan adanya co-leading ini mempermudah dalam pemberian arahan, co-leading memungkinkan pemimpin kelompok untuk meningkatksn kemampuan anggota kelompok dengan pemberian ksempatan seluas-luasnya, dan lain sebagainya sehingga memungkinkan untuk menciptakan pemimpin yang handal.
3.2  SARAN
Co-leading berguna dalam konseling kelompok meski dalam penggunaanya dilapangan ada keunggulan dan kelemahannya. Meskipun begitu bagi konselor co-leading sangat diperlukan untuk mengatasi masalah–masalah bagi yang memiliki anggota kelompok yang berlebih, namun tidak mengurangi standar-standar etika dan etika professional konselor.





DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Natawidjaja, Rochman. 2009.  Konseling Kelompok Konsep Dasar dan Pendekatan. Bandung: RISQI PRESS.
 Ibnu M & Noviyanti K D. 2011. Pendekatan Konseling Kelompok. Diktat Kuliah Prodi BK. FIP. IKIP PGRI Madiun.




Peer Counseling

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Konseling teman sebaya adalah konseling yang dilakukan oleh seorang dengan konselor yang umurnya sebaya sebangai seorang teman. Misalnya seorang remaja curhat kepada temanya yang sebaya.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan teman sebaya dibanding orang tua. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman. Maka seorang konselor yang sebaya (teman) peranya lebih besar. teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya. teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat diketahui Rumusan Masalah sebagai berikut:
a.       Apa Pengertian teman sebaya ?
b.      Sejarah adanya peer counseling ?
c.       Tujuan adanya peer counseling ?
d.      Fungsi , manfaat dan karakteristik peer counseling ?
e.       Cara menjadi konselor teman sebaya ?

1.3  Tujuan
Dari Rumusan masalah diatas maka dapat diketahui tujuan sebagai berikut :
a.       Mengetahui pengertian teman sebaya.
b.      Megetahui sejarah adanya peer counseling.
c.       Mengetahui tujuan adanya peer counseling.
d.      Mengetahui manfaat,fungsi serta karakteristik peer counseling.
e.       Mengetahui cara menjadi konselor teman sebaya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian teman sebaya
Teman sebaya (peer) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat kedewasaan yang relative sama. Biasanya cenderung berkelompok dan membentuk kelompok teman sebaya (peer group) atau yang populer disebut geng.
ü  Menurut John W. Santrock dalam buku Psikologi Remaja, Peer group adalah sekumpulan remaja yang sebaya yang punya hubungan erat dan saling tergantung.
ü  Kesamaan yang ada pada kelompok teman sebaya dilatarbelakangi dari faktor usia/ tingkat kedewasaan, sosial, ekonomi, aktivitas, minat, dsb.
ü  Interaksi teman sebaya lebih banyak muncul pada anak-anak yang berjenis kelamin sama dari pada yang berbeda jenis kelamin.
ü  Peer group sebagai panggung dimana remaja dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Di dalam kelompok ini juga seorang belajar menjadi pemimpin, merumuskan dan memperbaiki konsep diri serta mendapat penilaian dari orang yang sejajar dengan dirinya. Dengan demikian peer group menjadi salah satu tempat baik bagi remaja untuk bereksperimen dan membangun kemandirian baik emosi maupun perilaku dari orang tua, bagaimana dukungan emosi mereka terutama ketika anggotanya mengalami masa peralihan yang kompleks menuju kedewasaan dan bagaimana nilai-nilai dalam kelompok memberikan tuntunan moral pada anggotanya. Namun terkadang peer group juga sering dijadikan tempat untuk menghindari aturan-aturan yang dibuat oleh orang dewasa

2.2  Sejarah peer Counseling
Pada awalnya konseling teman sebaya muncul dengan konsep dasar peer Helping yang dimulai pada tahun  1939 untuk membantu para penderita alkoholik (Carter, 2005: 2). Dalam konsep tersebut diyakini bahwa individu yang pernah kecanduan alkohol, dan memiliki pengalaman berhasil mengatasi kecanduan tersebut akan lebih efektif dalam membantu individu lain yang sedang mengatasi kecanduan alkohol. Dari tahun ke tahun konsep teman sebaya terus merambah kesejumlah seting dan isu. Konsep dasar peer helper ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Carkhuff yang mengatakan “All relationship are helping relationship. It depends on the helping skills you have” (Carkhuff, Pierce & Cannon, 1980; Aldag Mine. 2005: 20).
Pada dasarnya konseling teman sebaya merupakan suatu cara bagi siswa belajar bagaimana memperhatikan dan membantu anak lain, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Carr, 1981 : 3). Sementara itu, Tindall dan Gray (1985 : 5) mendefiisikan konseling teman sebaya sebagai suatu ragam tingkah laku membantu secara interpersonal yang dilakukan oleh individu nonprofessional yang berusaha membantu orang lain. Menurut Tindall & Gray, konseling teman sebaya mencakup hubungan membantu yang dilakukan secara individual (one-to-one helping relationship), kepemimpinan kelompok, kepemimpinan diskusi, pemberianturorial, dan semua aktivitas interpersonal manusia untuk membantu atau menolong. Definisi lain menekankan konseling teman sebaya sebagai suatu metode, seperti yang dikemukakan oleh Kan (1996: 3) “peer counseling is the use problem solving skills and active listening, to support people who are our peers”. Meskipun demikian, Kan mengakui bahwa keberadaan konseling teman sebaya merupakan kombinasi dari dua aspek yaitu teknik dan pendekatan. Berbeda dengan Tindall dan Gray, Kan membedakan antara konseling teman sebaya dengan dukungan teman sebaya (Peer Support). Menurut Kan peer support lebih bersifat umum (bantun informal: saran umum dan nasehat diberikan oleh dan untuk teman sebaya) sementara peer counseling merupakan suatu merode yang terstruktur. Menurut Kan (1996), elemen-elemen pokok dari konseling teman sebaya adalah.
Premis dasar yang mendasari konseling teman sebaya adalah bahwa pada umumnya individu mampu menemukan solusi-solusi dari berbagai kesulitan yang dialami, dan mampu menemukan cara mencapai tujuan masing-masing.
Kenyataan bahwa Peerhelper adalah seorang teman sebaya dari remaja sekolah yang menyediakan kontak diantara keduanya antara konselor sekolah dengan remaja lain, memiliki pengalaman hidup yang sama yang memungkinakan membuat rileks, memungkinkan bertukan pengalaman dan menjaga rahasia tentang apa yang dibicarakan dan dikerjakan dalam pertemuan tersebut. Terdapat kesamaan kedudukan (equality) antara Peer helper dengan konseli, meskipun peran masing-masing berbeda, mereka berbagi pengalaman dan bekerja berdampingan. Semua teknik yang digunakan dalam konseling teman sebaya membatu konseli dalam memperoleh pemahaman dan pengalaman tentang dirinya, mendorong sumber-sumber kreativitas, membantu konseli menyadari emosi, keinginan, dan kebutuhan-kebutuhannya. Keputusan tentang kapan akan memulai dan mengakhiri serta di mana akan dlakukan konseling teman sebaya, terletak pada konseli. Seorang teman sebaya dapat berupa seseorang dalam situasi atau kondisi yang sama, atau seseorang dengan usia sebaya, atau seseorang dengan latar belekang, dan budaya yang sama.
Benang merah yang dapat ditarik dari berbagai pendapat mengenai pengertian dari konseling teman sebaya adalah bahwa: a) konseling teman sebaya merupakan ragam tingkah laku saling memperhatikan dan saling membantu di antara teman sebaya, b) kegiatan saling bantu tersebut dilakukan oleh indvidu non-profesional di bidang helping, c) kegiatan tersebut berlangsung dalam kehidupan sehari-hari, d) keterampilan yang dibutuhkan dalam kegiatan membantu tersebut adalah keterampilan mendengarkan secara aktif, dan keterampilan problem solving, e) kedudukan antara individu yang membantu dan individu yang dibantu adalah setara (equal) (Suwarjo, 2005: 27). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dalam penelitian ini peer helping dimaknai sebagai aktivitas saling membantu dan memperhatikan secara interpersonal di atanra sesama remaja sebagai siswa, yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, dengan menggunakan keterampilan mendengarkan aktif dan keterampilan problem solving, dalam kedudukan setara (equal) di antara teman sebaya tersebut.
Teman sebaya atau peers adalah anak-anak dengan tingkat kematangan atau usia yang kurang lebih sama. Konseling sebaya merupakan suatu bentuk pendidikan psikologis yang disengaja dan sistematik. Konseling sebaya memungkinkan siswa untuk memiliki keterampilan-keterampilan guna mengimplementasikan pengalaman kemandirian dan kemampuan mengontrol diri yang sangat bermakna bagi remaja secara khusus konseling teman sebya tidak memfokuskan pada proses berfikir, proses-proses perasan dan proses pengambilan keputusan. Dengan cara yang demikian, konseling sebaya memberikan kontribusi pada dimilikinya pengalaman yang kuat yang diburuhkan oleh para remaja yaitu respect. (Carr, 1981 : 4).
Kadang kala penggunaan istilah dalam menyebutkan bimbingan sebaya ini menimbulkan kekhawatiran bagi beberapa orang, karena khawatir berkonotasi sama dengan istilah yang ada pada bidang helper professional. Selain itu, Beberapa orang menyebut peer helper dalam penelitian yang diangkat oleh peneliti istilahnya di generalkan menjadi peerhelperataupun diberbagai seting lain dikenal dengan sebutan “peer facilitation”, “peer mediation”, “peer conflict resolution”, dan “peer education”. Maka dari itu, diperlukan adanya penegasan dalam mendefinisikan istilah untuk yang menjadi sosok peer helper itu sendiri yang bukanlah merupakan bantuan professional namun termasuk pada paraprofesional ketika konseling sebaya ini berfungsi sebagai pemberi bantuan bagi seseorang yang dalam hal ini “sebaya” yang menceritakan pengalamanya, nilai yang dimilikinya, serta gaya hidup yang ada pada dirinya. Dengan demikian, paraprofessional peer counseling di anggap sebagai suatu proses dimana individu yang berbagi kesamaan dalam hal; karakteristik, keyakinan, serta nilai yang dimilikinya dengan teman sebayanya, dalam hal ini memiliki kesamaan pada pendidikan dan pengalaman hidup, serta hidup dalam populasi yang sama.
Pada kesimpulannya, meskipun ada perbedaan dalam nama, tanggung jawab, serta prosedur yang sangat terkait dengan seting pelaksanaannya namun memiliki kesamaan dalam asumsi dasar, yaitu individu dalam hal ini remaja memberikan bantuan pada remaja lainnya dengan menggunakan keterampilan komunikasi serta intrapersonal yang dimilikinya.
Konseling teman sebaya dianggap penting karena pada dasarnya sebagian besar remaja lebih sering membicarakan masalah-masalah mereka dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua, atau guru disekolah, untuk masalah yang dianggap sangat seriuspun mereka bicarakan dengan teman sebaya mereka. Apabila terdapat remaja yang akhirnya menceritakan masalah serius yang mereka alami kepada orang tua, atau guru, biasanya karena sudah terpaksa (pembicaraan dan upaya pemecahan masalah bersama teman sebaya megalami jalan buntu). Hal tersebut terjadi karena remaja memiliki keterkaitkan serta ikatan terhadap teman sebaya yang kuat. Kelekatan yang terjadi antra remaja antara lain karena remaja merasa bahwa orang dewasa tidak dapat memahami mereka dan mereka yakin bawa hanya sesama merekalah dapat saling memahami. Keadaan yang demikian sering menjadikan remaja sebagai suatu kelompok yang eksklusif. Fenomena ini muncul sebagai akibat dari berkembangnya karekterstik personal fable yang didorong oleh perkembangan kognitif dalam masa formal oprations (Steinberg, 1993: Santrock ,2004: 204). Keeratan, keterbukaan dan perasaan senasib di antara sesama remaja dapat menjadi peluang bagi upaya memfasilitasi perkembangan remaja. Pada sisi lain, beberapa karekateristik psikologis remaja (emosioal,  & labil) juga merupakan tantangan bagi layanan yang memanfaatkan peer helper.

2.3  Tujuan Peer Counseling
Tujuan dari peer counseling
A.   Agar seseorang lebih terbuka menceritakan permasalahanya kepada sesama teman
B.    Membantu teman yang kurang terbuka kepada guru/orang tua
C.   apat membantu teman yang sedang bermasala


2.4  Manfaat Fungsi serta Karakteristik peer Counseling
·         Manfaat
a.       Remaja memiliki Kemampuan melakukan pendekatan dan membina percakapan dengan baik
b.      Remaja memiliki Kemampuan mendengar, memahami dan merespon
c.       Remaja memiliki Kemampuan mengamati dan menilai tingkah laku orang lain
d.      Remaja memiliki Kemampuan untuk berbicara dengan orang lain tentang masalah dan perasan pribadi.
e.       Remaja memiliki Kemampuan untuk menggunakan keputusan yang dibuat dalam konseling mengahadapi permasalahan-permasalahan pribadi
f.       Remaja memiliki Kemampuan untuk mengembangkan keterampilan observasi atau pengamatan agar dapat membedakan tingkah laku abnormal dengan normal
g.      Remaja memiliki Kemampuan mendemontrasikan kemampuan bertingkah laku yang beretika.
·         Fungsi
a. Membantu siswa lain memecahkan permasalahannya.
b.Membantu siswa baru membina dan mengembangkan hubungan baru dengan teman sebaya dan personil sekolah.
·         Karakteristik
a.       Kemampuan melakukan pendekatan dan membina percakapan dengan baik serta bermanfaat dengan orang lain.
b.      Kemampuan mendengar, memahami, merespon,dan komunikasi nonverbal (cara memandang, cara tersenyum, dan melakukan dorongan)
c.       Kemampuan untuk berbicara dengan orang lain tentang masalah pribadi.
d.      Kemampuan untuk mengembangkan tindakan alternatif sewaktu menghadapi masalah.
e.       Kemampuan untuk mengembangkan keterampilan observasi atau pengamatan agar dapat membedakan tingkah laku abnormal dengan normal
f.       Kemampuan mengalih tangankan konseli untuk menolongnya memecahkan masalahnya,(jika konselor tidak mampu melakukanya)
g.      Kemampuan mendemontrasikan kemampuan bertingkah laku yang beretika.
h.      Kemampuan mendemontrasikan pelaksanaan strategi konseling.

2.5  Cara menjadi konselor teman sebaya
1.    Ciptakan hubungan yang baik
2.     Dengarkan sepenuh hati
3.     Kenali persoalannya
4.    Berempatilah terhadapnya
5.    Jadilah pendengar yang baik
6.    Jangan berlagak seperti guru
7.    Bisa menyimpan rahasia.

Pada umumnya usia remja mengalami peningkatan hubungan kedekatan dengan teman sebaya. Namun kedekatan dengan orang tua mengalami penurunan. Biasanya seorang remaja lebih nyaman bersama dengan temanya kerena menemukan kelekatan antar teman, perhatian dan rasa nyaman ketika menghadapi sebuah masalah, serta umpan balik tentang apa yang mereka lakukan.
Pada umumnya teman dapat memberi pengaruh positif dan pengaruh yang negatif. Dengan teman dapat saling bantu membantu . Beberapa pertimbangan yang mendasari pentingnya peer counseling :
  1. Remaja menjadikan teman-teman mereka sebagai sumber pertama dalam mempertimbangkan pengambilan putusan pribadi.
  2. Berbagai ketrampilan yang terkait dengan pemberian bantuan yang efektif dapat dipelajari oleh prang awam sekalipun.
  3. Penelitian menunjukan bahwa penggunaan teman sebaya dapat memperbaiki prestasi dan harga diri individu lainnya.
  4. Kebutuhan akan teman sebaya merupakan salah satu diantara kebutuhan yang paling menjadi perhatian anak dan remaja.
Konselor sebaya bukanlah konselor profesional bahkan ahli terapi. Konselor sebaya adalah teman yang memberikan bantuan kepada individu lain. Pada hakekatnya peer counseling adalah counseling through perrsa.









BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konseling teman sebaya adalah konseling yang dilakukan oleh seorang dengan konselor yang umurnya sebaya sebangai seorang teman. Misalnya seorang remaja curhat kepada temanya yang sebaya.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan teman sebaya dibanding orang tua. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman. Maka seorang konselor yang sebaya (teman) peranya lebih besar. teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya. teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya.