BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Konseling teman
sebaya adalah konseling yang dilakukan oleh seorang dengan konselor yang
umurnya sebaya sebangai seorang teman. Misalnya seorang remaja curhat kepada
temanya yang sebaya.
Perkembangan
sosial pada masa remaja lebih melibatkan teman sebaya dibanding orang tua.
Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar
rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman. Maka
seorang konselor yang sebaya (teman) peranya lebih besar. teman sebaya diakui
dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang
perilakunya. teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam
hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja,
teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara
berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya
1.2 Rumusan
Masalah
Dari latar belakang
diatas maka dapat diketahui Rumusan Masalah sebagai berikut:
a. Apa
Pengertian teman sebaya ?
b. Sejarah
adanya peer counseling ?
c. Tujuan
adanya peer counseling ?
d. Fungsi
, manfaat dan karakteristik peer counseling ?
e. Cara
menjadi konselor teman sebaya ?
1.3 Tujuan
Dari Rumusan masalah
diatas maka dapat diketahui tujuan sebagai berikut :
a. Mengetahui
pengertian teman sebaya.
b. Megetahui
sejarah adanya peer counseling.
c. Mengetahui
tujuan adanya peer counseling.
d. Mengetahui
manfaat,fungsi serta karakteristik peer counseling.
e. Mengetahui
cara menjadi konselor teman sebaya.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
teman sebaya
Teman sebaya (peer) adalah anak-anak
atau remaja dengan tingkat kedewasaan yang relative sama. Biasanya cenderung
berkelompok dan membentuk kelompok teman sebaya (peer group) atau yang populer
disebut geng.
ü Menurut John W. Santrock dalam buku
Psikologi Remaja, Peer group adalah sekumpulan remaja yang sebaya yang punya
hubungan erat dan saling tergantung.
ü Kesamaan yang ada pada kelompok
teman sebaya dilatarbelakangi dari faktor usia/ tingkat kedewasaan, sosial,
ekonomi, aktivitas, minat, dsb.
ü Interaksi teman sebaya lebih banyak
muncul pada anak-anak yang berjenis kelamin sama dari pada yang berbeda jenis
kelamin.
ü Peer group sebagai panggung dimana
remaja dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Di dalam kelompok ini juga
seorang belajar menjadi pemimpin, merumuskan dan memperbaiki konsep diri serta
mendapat penilaian dari orang yang sejajar dengan dirinya. Dengan demikian peer
group menjadi salah satu tempat baik bagi remaja untuk bereksperimen dan
membangun kemandirian baik emosi maupun perilaku dari orang tua, bagaimana
dukungan emosi mereka terutama ketika anggotanya mengalami masa peralihan yang
kompleks menuju kedewasaan dan bagaimana nilai-nilai dalam kelompok memberikan
tuntunan moral pada anggotanya. Namun terkadang peer group juga sering
dijadikan tempat untuk menghindari aturan-aturan yang dibuat oleh orang dewasa
2.2 Sejarah
peer Counseling
Pada awalnya konseling teman sebaya
muncul dengan konsep dasar peer
Helping yang
dimulai pada tahun 1939 untuk membantu para penderita alkoholik (Carter,
2005: 2). Dalam konsep tersebut diyakini bahwa individu yang pernah kecanduan
alkohol, dan memiliki pengalaman berhasil mengatasi kecanduan tersebut akan
lebih efektif dalam membantu individu lain yang sedang mengatasi kecanduan
alkohol. Dari tahun ke tahun konsep teman sebaya terus merambah kesejumlah
seting dan isu. Konsep dasar peer helper ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh
Carkhuff yang mengatakan “All relationship are helping relationship. It
depends on the helping skills you have” (Carkhuff, Pierce & Cannon,
1980; Aldag Mine. 2005: 20).
Pada dasarnya konseling teman sebaya
merupakan suatu cara bagi siswa belajar bagaimana memperhatikan dan membantu
anak lain, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Carr, 1981 : 3).
Sementara itu, Tindall dan Gray (1985 : 5) mendefiisikan konseling teman sebaya
sebagai suatu ragam tingkah laku membantu secara interpersonal yang dilakukan
oleh individu nonprofessional yang berusaha membantu orang lain. Menurut
Tindall & Gray, konseling teman sebaya mencakup hubungan membantu yang
dilakukan secara individual (one-to-one helping relationship),
kepemimpinan kelompok, kepemimpinan diskusi, pemberianturorial, dan semua
aktivitas interpersonal manusia untuk membantu atau menolong. Definisi lain
menekankan konseling teman sebaya sebagai suatu metode, seperti yang dikemukakan
oleh Kan (1996: 3) “peer counseling is the use problem solving skills and
active listening, to support people who are our peers”. Meskipun demikian,
Kan mengakui bahwa keberadaan konseling teman sebaya merupakan kombinasi dari
dua aspek yaitu teknik dan pendekatan. Berbeda dengan Tindall dan Gray, Kan
membedakan antara konseling teman sebaya dengan dukungan teman sebaya (Peer
Support).
Menurut Kan peer support lebih bersifat umum (bantun informal:
saran umum dan nasehat diberikan oleh dan untuk teman sebaya) sementara peer
counseling merupakan suatu merode yang terstruktur. Menurut Kan
(1996), elemen-elemen pokok dari konseling teman sebaya adalah.
Premis dasar yang mendasari
konseling teman sebaya adalah bahwa pada umumnya individu mampu menemukan
solusi-solusi dari berbagai kesulitan yang dialami, dan mampu menemukan cara
mencapai tujuan masing-masing.
Kenyataan bahwa Peerhelper adalah seorang teman sebaya
dari remaja sekolah yang menyediakan kontak diantara keduanya antara konselor
sekolah dengan remaja lain, memiliki pengalaman hidup yang sama yang
memungkinakan membuat rileks, memungkinkan bertukan pengalaman dan menjaga
rahasia tentang apa yang dibicarakan dan dikerjakan dalam pertemuan
tersebut. Terdapat kesamaan kedudukan (equality) antara Peer
helper dengan
konseli, meskipun peran masing-masing berbeda, mereka berbagi pengalaman dan
bekerja berdampingan. Semua teknik yang digunakan dalam konseling teman
sebaya membatu konseli dalam memperoleh pemahaman dan pengalaman tentang
dirinya, mendorong sumber-sumber kreativitas, membantu konseli menyadari emosi,
keinginan, dan kebutuhan-kebutuhannya. Keputusan tentang kapan akan
memulai dan mengakhiri serta di mana akan dlakukan konseling teman sebaya,
terletak pada konseli. Seorang teman sebaya dapat berupa seseorang dalam
situasi atau kondisi yang sama, atau seseorang dengan usia sebaya, atau
seseorang dengan latar belekang, dan budaya yang sama.
Benang merah yang dapat ditarik dari
berbagai pendapat mengenai pengertian dari konseling teman sebaya adalah bahwa:
a) konseling teman sebaya merupakan ragam tingkah laku saling memperhatikan dan
saling membantu di antara teman sebaya, b) kegiatan saling bantu tersebut
dilakukan oleh indvidu non-profesional di bidang helping, c)
kegiatan tersebut berlangsung dalam kehidupan sehari-hari, d) keterampilan yang
dibutuhkan dalam kegiatan membantu tersebut adalah keterampilan mendengarkan
secara aktif, dan keterampilan problem solving, e) kedudukan antara
individu yang membantu dan individu yang dibantu adalah setara (equal)
(Suwarjo, 2005: 27). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dalam penelitian
ini peer helping dimaknai sebagai aktivitas saling membantu
dan memperhatikan secara interpersonal di atanra sesama remaja sebagai siswa,
yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, dengan menggunakan
keterampilan mendengarkan aktif dan keterampilan problem solving,
dalam kedudukan setara (equal) di antara teman sebaya tersebut.
Teman sebaya atau peers adalah
anak-anak dengan tingkat kematangan atau usia yang kurang lebih sama. Konseling
sebaya merupakan suatu bentuk pendidikan psikologis yang disengaja dan
sistematik. Konseling sebaya memungkinkan siswa untuk memiliki
keterampilan-keterampilan guna mengimplementasikan pengalaman kemandirian dan
kemampuan mengontrol diri yang sangat bermakna bagi remaja secara khusus
konseling teman sebya tidak memfokuskan pada proses berfikir, proses-proses
perasan dan proses pengambilan keputusan. Dengan cara yang demikian, konseling
sebaya memberikan kontribusi pada dimilikinya pengalaman yang kuat yang
diburuhkan oleh para remaja yaitu respect. (Carr, 1981 : 4).
Kadang kala penggunaan istilah dalam
menyebutkan bimbingan sebaya ini menimbulkan kekhawatiran bagi beberapa orang,
karena khawatir berkonotasi sama dengan istilah yang ada pada bidang helper professional.
Selain itu, Beberapa orang menyebut peer
helper dalam
penelitian yang diangkat oleh peneliti istilahnya di generalkan menjadi peerhelper, ataupun diberbagai seting lain dikenal
dengan sebutan “peer facilitation”, “peer mediation”, “peer
conflict resolution”, dan “peer education”. Maka dari itu,
diperlukan adanya penegasan dalam mendefinisikan istilah untuk yang menjadi
sosok peer helper itu sendiri yang bukanlah merupakan bantuan
professional namun termasuk pada paraprofesional ketika konseling sebaya ini
berfungsi sebagai pemberi bantuan bagi seseorang yang dalam hal ini “sebaya”
yang menceritakan pengalamanya, nilai yang dimilikinya, serta gaya hidup yang
ada pada dirinya. Dengan demikian, paraprofessional peer counseling di
anggap sebagai suatu proses dimana individu yang berbagi kesamaan dalam hal;
karakteristik, keyakinan, serta nilai yang dimilikinya dengan teman sebayanya,
dalam hal ini memiliki kesamaan pada pendidikan dan pengalaman hidup, serta
hidup dalam populasi yang sama.
Pada kesimpulannya, meskipun ada
perbedaan dalam nama, tanggung jawab, serta prosedur yang sangat terkait dengan
seting pelaksanaannya namun memiliki kesamaan dalam asumsi dasar, yaitu
individu dalam hal ini remaja memberikan bantuan pada remaja lainnya dengan
menggunakan keterampilan komunikasi serta intrapersonal yang dimilikinya.
Konseling teman sebaya dianggap
penting karena pada dasarnya sebagian besar remaja lebih sering membicarakan
masalah-masalah mereka dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua, atau
guru disekolah, untuk masalah yang dianggap sangat seriuspun mereka bicarakan
dengan teman sebaya mereka. Apabila terdapat remaja yang akhirnya menceritakan
masalah serius yang mereka alami kepada orang tua, atau guru, biasanya karena
sudah terpaksa (pembicaraan dan upaya pemecahan masalah bersama teman sebaya
megalami jalan buntu). Hal tersebut terjadi karena remaja memiliki keterkaitkan
serta ikatan terhadap teman sebaya yang kuat. Kelekatan yang terjadi antra
remaja antara lain karena remaja merasa bahwa orang dewasa tidak dapat memahami
mereka dan mereka yakin bawa hanya sesama merekalah dapat saling memahami.
Keadaan yang demikian sering menjadikan remaja sebagai suatu kelompok yang
eksklusif. Fenomena ini muncul sebagai akibat dari berkembangnya
karekterstik personal fable yang didorong oleh perkembangan
kognitif dalam masa formal oprations (Steinberg, 1993: Santrock ,2004: 204).
Keeratan, keterbukaan dan perasaan senasib di antara sesama remaja dapat
menjadi peluang bagi upaya memfasilitasi perkembangan remaja. Pada sisi lain,
beberapa karekateristik psikologis remaja (emosioal, & labil) juga
merupakan tantangan bagi layanan yang memanfaatkan peer helper.
2.3 Tujuan
Peer Counseling
Tujuan
dari peer counseling
A. Agar seseorang lebih terbuka menceritakan permasalahanya
kepada sesama teman
B. Membantu teman yang kurang terbuka kepada guru/orang tua
C. apat membantu teman yang sedang bermasala
2.4 Manfaat
Fungsi serta Karakteristik peer Counseling
·
Manfaat
a. Remaja memiliki Kemampuan melakukan pendekatan dan
membina percakapan dengan baik
b. Remaja memiliki Kemampuan mendengar, memahami dan
merespon
c. Remaja memiliki Kemampuan mengamati dan menilai tingkah
laku orang lain
d. Remaja memiliki Kemampuan untuk berbicara dengan orang
lain tentang masalah dan perasan pribadi.
e. Remaja memiliki Kemampuan untuk menggunakan keputusan
yang dibuat dalam konseling mengahadapi permasalahan-permasalahan pribadi
f. Remaja memiliki Kemampuan untuk mengembangkan keterampilan
observasi atau pengamatan agar dapat membedakan tingkah laku abnormal dengan
normal
g. Remaja memiliki Kemampuan mendemontrasikan kemampuan
bertingkah laku yang beretika.
·
Fungsi
a. Membantu siswa
lain memecahkan permasalahannya.
b.Membantu siswa
baru membina dan mengembangkan hubungan baru dengan teman sebaya dan personil
sekolah.
·
Karakteristik
a. Kemampuan melakukan pendekatan dan membina percakapan
dengan baik serta bermanfaat dengan orang lain.
b. Kemampuan mendengar, memahami, merespon,dan komunikasi nonverbal
(cara memandang, cara tersenyum, dan melakukan dorongan)
c. Kemampuan untuk berbicara dengan orang lain tentang
masalah pribadi.
d. Kemampuan untuk mengembangkan tindakan alternatif sewaktu
menghadapi masalah.
e. Kemampuan untuk mengembangkan keterampilan observasi atau
pengamatan agar dapat membedakan tingkah laku abnormal dengan normal
f. Kemampuan mengalih tangankan konseli untuk menolongnya
memecahkan masalahnya,(jika konselor tidak mampu melakukanya)
g. Kemampuan mendemontrasikan kemampuan bertingkah laku yang
beretika.
h. Kemampuan mendemontrasikan pelaksanaan strategi
konseling.
2.5 Cara
menjadi konselor teman sebaya
1. Ciptakan hubungan yang baik
2. Dengarkan sepenuh hati
3. Kenali persoalannya
4. Berempatilah terhadapnya
5. Jadilah pendengar yang baik
6. Jangan berlagak seperti guru
7. Bisa menyimpan rahasia.
Pada umumnya usia remja mengalami peningkatan hubungan
kedekatan dengan teman sebaya. Namun kedekatan dengan orang tua mengalami
penurunan. Biasanya seorang remaja lebih nyaman bersama dengan temanya kerena
menemukan kelekatan antar teman, perhatian dan rasa nyaman ketika menghadapi
sebuah masalah, serta umpan balik tentang apa yang mereka lakukan.
Pada umumnya teman dapat memberi pengaruh positif dan
pengaruh yang negatif. Dengan teman dapat saling bantu membantu . Beberapa pertimbangan yang mendasari
pentingnya peer counseling :
- Remaja menjadikan teman-teman
mereka sebagai sumber pertama dalam mempertimbangkan pengambilan putusan
pribadi.
- Berbagai ketrampilan yang terkait
dengan pemberian bantuan yang efektif dapat dipelajari oleh prang awam
sekalipun.
- Penelitian menunjukan bahwa
penggunaan teman sebaya dapat memperbaiki prestasi dan harga diri individu
lainnya.
- Kebutuhan akan teman sebaya
merupakan salah satu diantara kebutuhan yang paling menjadi perhatian anak
dan remaja.
Konselor sebaya bukanlah konselor
profesional bahkan ahli terapi. Konselor sebaya adalah teman yang memberikan
bantuan kepada individu lain. Pada hakekatnya peer counseling adalah counseling
through perrsa.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Konseling teman
sebaya adalah konseling yang dilakukan oleh seorang dengan konselor yang
umurnya sebaya sebangai seorang teman. Misalnya seorang remaja curhat kepada
temanya yang sebaya.
Perkembangan
sosial pada masa remaja lebih melibatkan teman sebaya dibanding orang tua.
Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar
rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman. Maka
seorang konselor yang sebaya (teman) peranya lebih besar. teman sebaya diakui
dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang
perilakunya. teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam
hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman
menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang
menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya.
bons casino | Bonuses, Codes and Review | CasinoInJapan.com
BalasHapusFind bet365 all the details about bons casino, promo codes and much betway login more in one place. Our casino ボンズ カジノ has hundreds of games from the best providers in Asia.