Senin, 29 Desember 2014

Peer Counseling

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Konseling teman sebaya adalah konseling yang dilakukan oleh seorang dengan konselor yang umurnya sebaya sebangai seorang teman. Misalnya seorang remaja curhat kepada temanya yang sebaya.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan teman sebaya dibanding orang tua. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman. Maka seorang konselor yang sebaya (teman) peranya lebih besar. teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya. teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat diketahui Rumusan Masalah sebagai berikut:
a.       Apa Pengertian teman sebaya ?
b.      Sejarah adanya peer counseling ?
c.       Tujuan adanya peer counseling ?
d.      Fungsi , manfaat dan karakteristik peer counseling ?
e.       Cara menjadi konselor teman sebaya ?

1.3  Tujuan
Dari Rumusan masalah diatas maka dapat diketahui tujuan sebagai berikut :
a.       Mengetahui pengertian teman sebaya.
b.      Megetahui sejarah adanya peer counseling.
c.       Mengetahui tujuan adanya peer counseling.
d.      Mengetahui manfaat,fungsi serta karakteristik peer counseling.
e.       Mengetahui cara menjadi konselor teman sebaya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian teman sebaya
Teman sebaya (peer) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat kedewasaan yang relative sama. Biasanya cenderung berkelompok dan membentuk kelompok teman sebaya (peer group) atau yang populer disebut geng.
ü  Menurut John W. Santrock dalam buku Psikologi Remaja, Peer group adalah sekumpulan remaja yang sebaya yang punya hubungan erat dan saling tergantung.
ü  Kesamaan yang ada pada kelompok teman sebaya dilatarbelakangi dari faktor usia/ tingkat kedewasaan, sosial, ekonomi, aktivitas, minat, dsb.
ü  Interaksi teman sebaya lebih banyak muncul pada anak-anak yang berjenis kelamin sama dari pada yang berbeda jenis kelamin.
ü  Peer group sebagai panggung dimana remaja dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Di dalam kelompok ini juga seorang belajar menjadi pemimpin, merumuskan dan memperbaiki konsep diri serta mendapat penilaian dari orang yang sejajar dengan dirinya. Dengan demikian peer group menjadi salah satu tempat baik bagi remaja untuk bereksperimen dan membangun kemandirian baik emosi maupun perilaku dari orang tua, bagaimana dukungan emosi mereka terutama ketika anggotanya mengalami masa peralihan yang kompleks menuju kedewasaan dan bagaimana nilai-nilai dalam kelompok memberikan tuntunan moral pada anggotanya. Namun terkadang peer group juga sering dijadikan tempat untuk menghindari aturan-aturan yang dibuat oleh orang dewasa

2.2  Sejarah peer Counseling
Pada awalnya konseling teman sebaya muncul dengan konsep dasar peer Helping yang dimulai pada tahun  1939 untuk membantu para penderita alkoholik (Carter, 2005: 2). Dalam konsep tersebut diyakini bahwa individu yang pernah kecanduan alkohol, dan memiliki pengalaman berhasil mengatasi kecanduan tersebut akan lebih efektif dalam membantu individu lain yang sedang mengatasi kecanduan alkohol. Dari tahun ke tahun konsep teman sebaya terus merambah kesejumlah seting dan isu. Konsep dasar peer helper ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Carkhuff yang mengatakan “All relationship are helping relationship. It depends on the helping skills you have” (Carkhuff, Pierce & Cannon, 1980; Aldag Mine. 2005: 20).
Pada dasarnya konseling teman sebaya merupakan suatu cara bagi siswa belajar bagaimana memperhatikan dan membantu anak lain, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Carr, 1981 : 3). Sementara itu, Tindall dan Gray (1985 : 5) mendefiisikan konseling teman sebaya sebagai suatu ragam tingkah laku membantu secara interpersonal yang dilakukan oleh individu nonprofessional yang berusaha membantu orang lain. Menurut Tindall & Gray, konseling teman sebaya mencakup hubungan membantu yang dilakukan secara individual (one-to-one helping relationship), kepemimpinan kelompok, kepemimpinan diskusi, pemberianturorial, dan semua aktivitas interpersonal manusia untuk membantu atau menolong. Definisi lain menekankan konseling teman sebaya sebagai suatu metode, seperti yang dikemukakan oleh Kan (1996: 3) “peer counseling is the use problem solving skills and active listening, to support people who are our peers”. Meskipun demikian, Kan mengakui bahwa keberadaan konseling teman sebaya merupakan kombinasi dari dua aspek yaitu teknik dan pendekatan. Berbeda dengan Tindall dan Gray, Kan membedakan antara konseling teman sebaya dengan dukungan teman sebaya (Peer Support). Menurut Kan peer support lebih bersifat umum (bantun informal: saran umum dan nasehat diberikan oleh dan untuk teman sebaya) sementara peer counseling merupakan suatu merode yang terstruktur. Menurut Kan (1996), elemen-elemen pokok dari konseling teman sebaya adalah.
Premis dasar yang mendasari konseling teman sebaya adalah bahwa pada umumnya individu mampu menemukan solusi-solusi dari berbagai kesulitan yang dialami, dan mampu menemukan cara mencapai tujuan masing-masing.
Kenyataan bahwa Peerhelper adalah seorang teman sebaya dari remaja sekolah yang menyediakan kontak diantara keduanya antara konselor sekolah dengan remaja lain, memiliki pengalaman hidup yang sama yang memungkinakan membuat rileks, memungkinkan bertukan pengalaman dan menjaga rahasia tentang apa yang dibicarakan dan dikerjakan dalam pertemuan tersebut. Terdapat kesamaan kedudukan (equality) antara Peer helper dengan konseli, meskipun peran masing-masing berbeda, mereka berbagi pengalaman dan bekerja berdampingan. Semua teknik yang digunakan dalam konseling teman sebaya membatu konseli dalam memperoleh pemahaman dan pengalaman tentang dirinya, mendorong sumber-sumber kreativitas, membantu konseli menyadari emosi, keinginan, dan kebutuhan-kebutuhannya. Keputusan tentang kapan akan memulai dan mengakhiri serta di mana akan dlakukan konseling teman sebaya, terletak pada konseli. Seorang teman sebaya dapat berupa seseorang dalam situasi atau kondisi yang sama, atau seseorang dengan usia sebaya, atau seseorang dengan latar belekang, dan budaya yang sama.
Benang merah yang dapat ditarik dari berbagai pendapat mengenai pengertian dari konseling teman sebaya adalah bahwa: a) konseling teman sebaya merupakan ragam tingkah laku saling memperhatikan dan saling membantu di antara teman sebaya, b) kegiatan saling bantu tersebut dilakukan oleh indvidu non-profesional di bidang helping, c) kegiatan tersebut berlangsung dalam kehidupan sehari-hari, d) keterampilan yang dibutuhkan dalam kegiatan membantu tersebut adalah keterampilan mendengarkan secara aktif, dan keterampilan problem solving, e) kedudukan antara individu yang membantu dan individu yang dibantu adalah setara (equal) (Suwarjo, 2005: 27). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dalam penelitian ini peer helping dimaknai sebagai aktivitas saling membantu dan memperhatikan secara interpersonal di atanra sesama remaja sebagai siswa, yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, dengan menggunakan keterampilan mendengarkan aktif dan keterampilan problem solving, dalam kedudukan setara (equal) di antara teman sebaya tersebut.
Teman sebaya atau peers adalah anak-anak dengan tingkat kematangan atau usia yang kurang lebih sama. Konseling sebaya merupakan suatu bentuk pendidikan psikologis yang disengaja dan sistematik. Konseling sebaya memungkinkan siswa untuk memiliki keterampilan-keterampilan guna mengimplementasikan pengalaman kemandirian dan kemampuan mengontrol diri yang sangat bermakna bagi remaja secara khusus konseling teman sebya tidak memfokuskan pada proses berfikir, proses-proses perasan dan proses pengambilan keputusan. Dengan cara yang demikian, konseling sebaya memberikan kontribusi pada dimilikinya pengalaman yang kuat yang diburuhkan oleh para remaja yaitu respect. (Carr, 1981 : 4).
Kadang kala penggunaan istilah dalam menyebutkan bimbingan sebaya ini menimbulkan kekhawatiran bagi beberapa orang, karena khawatir berkonotasi sama dengan istilah yang ada pada bidang helper professional. Selain itu, Beberapa orang menyebut peer helper dalam penelitian yang diangkat oleh peneliti istilahnya di generalkan menjadi peerhelperataupun diberbagai seting lain dikenal dengan sebutan “peer facilitation”, “peer mediation”, “peer conflict resolution”, dan “peer education”. Maka dari itu, diperlukan adanya penegasan dalam mendefinisikan istilah untuk yang menjadi sosok peer helper itu sendiri yang bukanlah merupakan bantuan professional namun termasuk pada paraprofesional ketika konseling sebaya ini berfungsi sebagai pemberi bantuan bagi seseorang yang dalam hal ini “sebaya” yang menceritakan pengalamanya, nilai yang dimilikinya, serta gaya hidup yang ada pada dirinya. Dengan demikian, paraprofessional peer counseling di anggap sebagai suatu proses dimana individu yang berbagi kesamaan dalam hal; karakteristik, keyakinan, serta nilai yang dimilikinya dengan teman sebayanya, dalam hal ini memiliki kesamaan pada pendidikan dan pengalaman hidup, serta hidup dalam populasi yang sama.
Pada kesimpulannya, meskipun ada perbedaan dalam nama, tanggung jawab, serta prosedur yang sangat terkait dengan seting pelaksanaannya namun memiliki kesamaan dalam asumsi dasar, yaitu individu dalam hal ini remaja memberikan bantuan pada remaja lainnya dengan menggunakan keterampilan komunikasi serta intrapersonal yang dimilikinya.
Konseling teman sebaya dianggap penting karena pada dasarnya sebagian besar remaja lebih sering membicarakan masalah-masalah mereka dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua, atau guru disekolah, untuk masalah yang dianggap sangat seriuspun mereka bicarakan dengan teman sebaya mereka. Apabila terdapat remaja yang akhirnya menceritakan masalah serius yang mereka alami kepada orang tua, atau guru, biasanya karena sudah terpaksa (pembicaraan dan upaya pemecahan masalah bersama teman sebaya megalami jalan buntu). Hal tersebut terjadi karena remaja memiliki keterkaitkan serta ikatan terhadap teman sebaya yang kuat. Kelekatan yang terjadi antra remaja antara lain karena remaja merasa bahwa orang dewasa tidak dapat memahami mereka dan mereka yakin bawa hanya sesama merekalah dapat saling memahami. Keadaan yang demikian sering menjadikan remaja sebagai suatu kelompok yang eksklusif. Fenomena ini muncul sebagai akibat dari berkembangnya karekterstik personal fable yang didorong oleh perkembangan kognitif dalam masa formal oprations (Steinberg, 1993: Santrock ,2004: 204). Keeratan, keterbukaan dan perasaan senasib di antara sesama remaja dapat menjadi peluang bagi upaya memfasilitasi perkembangan remaja. Pada sisi lain, beberapa karekateristik psikologis remaja (emosioal,  & labil) juga merupakan tantangan bagi layanan yang memanfaatkan peer helper.

2.3  Tujuan Peer Counseling
Tujuan dari peer counseling
A.   Agar seseorang lebih terbuka menceritakan permasalahanya kepada sesama teman
B.    Membantu teman yang kurang terbuka kepada guru/orang tua
C.   apat membantu teman yang sedang bermasala


2.4  Manfaat Fungsi serta Karakteristik peer Counseling
·         Manfaat
a.       Remaja memiliki Kemampuan melakukan pendekatan dan membina percakapan dengan baik
b.      Remaja memiliki Kemampuan mendengar, memahami dan merespon
c.       Remaja memiliki Kemampuan mengamati dan menilai tingkah laku orang lain
d.      Remaja memiliki Kemampuan untuk berbicara dengan orang lain tentang masalah dan perasan pribadi.
e.       Remaja memiliki Kemampuan untuk menggunakan keputusan yang dibuat dalam konseling mengahadapi permasalahan-permasalahan pribadi
f.       Remaja memiliki Kemampuan untuk mengembangkan keterampilan observasi atau pengamatan agar dapat membedakan tingkah laku abnormal dengan normal
g.      Remaja memiliki Kemampuan mendemontrasikan kemampuan bertingkah laku yang beretika.
·         Fungsi
a. Membantu siswa lain memecahkan permasalahannya.
b.Membantu siswa baru membina dan mengembangkan hubungan baru dengan teman sebaya dan personil sekolah.
·         Karakteristik
a.       Kemampuan melakukan pendekatan dan membina percakapan dengan baik serta bermanfaat dengan orang lain.
b.      Kemampuan mendengar, memahami, merespon,dan komunikasi nonverbal (cara memandang, cara tersenyum, dan melakukan dorongan)
c.       Kemampuan untuk berbicara dengan orang lain tentang masalah pribadi.
d.      Kemampuan untuk mengembangkan tindakan alternatif sewaktu menghadapi masalah.
e.       Kemampuan untuk mengembangkan keterampilan observasi atau pengamatan agar dapat membedakan tingkah laku abnormal dengan normal
f.       Kemampuan mengalih tangankan konseli untuk menolongnya memecahkan masalahnya,(jika konselor tidak mampu melakukanya)
g.      Kemampuan mendemontrasikan kemampuan bertingkah laku yang beretika.
h.      Kemampuan mendemontrasikan pelaksanaan strategi konseling.

2.5  Cara menjadi konselor teman sebaya
1.    Ciptakan hubungan yang baik
2.     Dengarkan sepenuh hati
3.     Kenali persoalannya
4.    Berempatilah terhadapnya
5.    Jadilah pendengar yang baik
6.    Jangan berlagak seperti guru
7.    Bisa menyimpan rahasia.

Pada umumnya usia remja mengalami peningkatan hubungan kedekatan dengan teman sebaya. Namun kedekatan dengan orang tua mengalami penurunan. Biasanya seorang remaja lebih nyaman bersama dengan temanya kerena menemukan kelekatan antar teman, perhatian dan rasa nyaman ketika menghadapi sebuah masalah, serta umpan balik tentang apa yang mereka lakukan.
Pada umumnya teman dapat memberi pengaruh positif dan pengaruh yang negatif. Dengan teman dapat saling bantu membantu . Beberapa pertimbangan yang mendasari pentingnya peer counseling :
  1. Remaja menjadikan teman-teman mereka sebagai sumber pertama dalam mempertimbangkan pengambilan putusan pribadi.
  2. Berbagai ketrampilan yang terkait dengan pemberian bantuan yang efektif dapat dipelajari oleh prang awam sekalipun.
  3. Penelitian menunjukan bahwa penggunaan teman sebaya dapat memperbaiki prestasi dan harga diri individu lainnya.
  4. Kebutuhan akan teman sebaya merupakan salah satu diantara kebutuhan yang paling menjadi perhatian anak dan remaja.
Konselor sebaya bukanlah konselor profesional bahkan ahli terapi. Konselor sebaya adalah teman yang memberikan bantuan kepada individu lain. Pada hakekatnya peer counseling adalah counseling through perrsa.









BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konseling teman sebaya adalah konseling yang dilakukan oleh seorang dengan konselor yang umurnya sebaya sebangai seorang teman. Misalnya seorang remaja curhat kepada temanya yang sebaya.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan teman sebaya dibanding orang tua. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman. Maka seorang konselor yang sebaya (teman) peranya lebih besar. teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya. teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya.




1 komentar:

  1. bons casino | Bonuses, Codes and Review | CasinoInJapan.com
    Find bet365 all the details about bons casino, promo codes and much betway login more in one place. Our casino ボンズ カジノ has hundreds of games from the best providers in Asia.

    BalasHapus