Senin, 29 Desember 2014

Co-Leading

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Pemimpin kelompok dengan satu atau lebih teman sejawat akan sangat menguntungkan, khususnya bagi konselor pemula. Dalam hal ini terdapat beberapa isu  yang perlu dipertimbangkan saat bekerja dengan co-leading (lebih dari satu pemimpin). Dalam hal ini ada tiga model co-leading yang dapat dipakai. Contoh sederhana adalah saat co-leader mengambil tempat pada saat arahan terhadap kelompok. Co-leading memberi kesempatan luas untuk saling pandang saat terjadi perbedaan-perbedaan pandangan. Dengan adanya co-leading ini mempermudah dalam pemberian arahan, co-leading memungkinkan pemimpin kelompok untuk meningkatksn kemampuan anggota kelompok dengan pemberian ksempatan seluas-luasnya, dan lain sebagainya sehingga memungkinkan untuk menciptakan pemimpin yang handal.
1.2  RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Mengapa co-leading perlu dipertimbangkan ?
2.      Apa sajakah model co-leading ?
3.      Bagaimana cara agar co-leading dapat berjalan dengan baik ?
4.      Apa dampak psitif dan negative co-laeding ?
  
1.3  TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas dapat ditarik tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui mengapa co-leading perlu dipertimbangkan.
2.      Mengetahui model-model co-leading.
3.      Mengetahui cara yang harus ditempuh agar co-leading dapat berjalan dengan lancar.
4.      Mengetahui dampak positif dan negative co-leading.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PERLUNYA CO-LEADING DIPERTIMBANGKAN
Ada beberapa hal yang menyebabkan co-leading perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
1.      Co-leading mempermudahkan dalam pemberian arahan dari pada dilakukan dilakuakan secara sendiri. Misal, co-leader dapat menambahkan ide-ide dan ikut bertanggung jawab selama kegiatan konseling kelompok berlangsung serta membantu saat bekerja dengan yang dianggap sulit, seperti turut aktif dalam diskusibyang memungkinkan untuk mengadakan perubahan-perubahan baik topic diskusi maupun peserta diskusi.
2.      Sebagai peer-feedback (pasangan umpan balik). Co-leading dapat memungkinkan pemimpin kelompok meningkatkan kemampuan anggota kelompok dengan cara saling mendapatkan umpan balik sesame mereka. Jika diberi kesempatan yang luas belajar dari pengalaman yang memunkinkan co-leading akan menjadi pemimpin kelompok yang handal.
3.      Interaksi model (interactive modeling). Co-leader dapat dijadikan sebagai model untuk anggota kelompok. Kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dan kerja sama dapat terlihat saat kerjasama kelompok.
4.      Co-leader yang mempunyai pengetahuan khusus akan banyak diperlukan, misal dalam kelompok pembinaan remja hamil, pengetahuan yang berkaitan dengan pemeliharaan kehamilan (prenatal) akan berguna dan merupakan bahan informasi yang sejalan bagi kelompok tersebut.
5.      Co-leader sering mengetengahkan pandangan pengalaman kehidupan yang berbeda kelompok saat berlangsungnya diskusi kelompok dan hal ini dapat dijadikan sebagai salah astu rujukan pandangan dan isu-isu informasi kelompok.


2.2 MODEL-MODEL CO-LEADING
            Model co-leading ada tiga macam, yakni alternative leading, sharcd leading dan the appretince model. Dari ketiga model co-leading ini pemilihan disesuaikan dengan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai kelompok . begitu pula, dengan pengalaman dari kedua pemimpin kelompok, pola atau gaya masing-masing individu co-leader, dan tingkat kemampuan dalam merasakan adanya kebutuhan akan sangat menunjang kepemilikan bentkuk model.
1.      Alternative leading merupakan model alternative yang dalam model ini co-leader mengambil peran utama dalam pengarahan. Model ini sangat tepat jika co-leader4 secara lebih jauh dapat membawapemecahan dalam diskusi dan menemukan solusinya dengan cara membawa anggota kelompok melalui araha-arahan yang berlawanan, member dorongan, menjelaskan, dan menyimpulkan hasilnya.
2.      Shared leading dapat terjdi bila co-leader member andil dalam kepemimpinan kelompok pada waktu periode tertentudengan secara aktif berperan sebagai anggota yang bekerjasama, turut larut,dan yang turut membesarkan hati mereka.
3.      Appretince model dalam model ini biasanya pemimpin kelompok harus lebih berpengalaman dari pada anggotanya. Dalam hal ini, co-leader perlu banyak belajar melalui apa yang ia lihat dan coba sendiri untuk member arahan pada beberapa kesempatan tertentu.

2.3 CARA CO-LEADING BERJALAN LANCAR
            Agar co-leading dapat brjalan dengan lancar, maka bagi pemimpin kelompok harus memiliki komprten dalam bidang berikut :
1.      Knowledge (ilmu pengetahuan)
Pengetahuan yang berkaitan dengan bahan-bahan diskusi harus sudah dikuasai agar para anggota kelompok tidak mendapatkan persaan kecewa yang mendalam. Pemimpin atau konselor kelompok yang baik puya rasa tanggung jawab yang beretika untuk selalu berusaha mencari bagaimana cara dan upaya untuk mengaplikasikan bahan-bahan diskusi.
2.      Perkembangan diri personal growth (perkembangan diri)
Tidak etis bila pemimpin kelompok menggunakan kelompok bimbinganya untuk kepentingan peningkatan perkembangan dirinya. Namun, perkembangan dirinya seharusnya diperoleh dari hasil latihannya.
3.      Dual relationships
Hubungan timbal balik secara dua arah akan sangat menguntungkan konseli dan anggota kelompok. Isal beberapa kelompok dari seorang pemimpin kelompok yang juga sebagai konselor dalam suatu keluarga,biasanya memanfaatkan sosialisasi dari kedua bentuk kegiatan tersebut dalam konselingnya. Tetapi tidak boleh dilakukan manakala yang merupakan konseli tersebutmasuk dalam konseling individual.
4.      Confidentiality (kerahasiaan)
Ada dua hal pokok yang berkenaan dengan etik kerahasiaan, yakni yang pertama pemimpin kelompok hendaknya menyimpan semua rahasiaseluruh anggota kelompok dan yang kedua adanya kelangkaan kemampuan pemimpin kelompok untuk melakukan control secara menyeluruh berkenaan dengan cara-cara penyimpanan data rahasia tersebut. Oleh karenanya pemimpin kelompok harus berhati-hati memberikan informasi kepada siapapun tidak terkecuali anggota keluarga, teman dekat, teman bisnis, dan lain sebagainya, jadi pemimpin kelompok harus bisa menjamin kerahasiaan semua konseli.

2.4 DAMPAK POSITIF NEGATIF CO-LEADING
Beberapa pemimpin konseling kelompok lebih senang kerja sendirian, dan beberapa pemimpin kelompok yang lain lebih senang menggunakan pembantu (ko-pemimpin) khusunya ketika mereka menangani kelompok-kelompok besar yang memiliki anggota lebih dari 12 orang, Ko-pemimpin adalah seorang profesional yang telah dilatih. Ketepatan penggunaan ko-pemimpin tergantung pada banyak faktor, termasuk didalamnya pertimbangan-pertimbangan ekonomi, ukuran kelompok dan kompabilitas (kesesuaian) pemimpin. Bagaimanapun penggunaan ko-pemimpin mengimplikasikan adanya kemanfaatan dan problem.
Keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan ko-pemimpin kelompok adalah:
1.      Mudah menangani kelompok dalam situasi sulit
2.      Memberikan lebih banyak model
3.      Umpan balik
4.      Berbagi pengetahuan khusus
5.      Pertimbangan praktis
Sedangkan keterbatasan penggunaan ko-pemimpin dalam konseling kelompok adalah:
1.      Kurang adanya upaya yang terkoordinasi
2.      Terlalu banyak perhatian diberikan pada pemimpin
3.      Kompetisi
4.      Kolusi















BAB III
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
 Beberapa pemimpin konseling kelompok lebih senang kerja sendirian, dan beberapa pemimpin kelompok yang lain lebih senang menggunakan pembantu (ko-pemimpin) khusunya ketika mereka menangani kelompok-kelompok besar yang memiliki anggota lebih dari 12 orang, Ko-pemimpin adalah seorang profesional yang telah dilatih. Ketepatan penggunaan ko-pemimpin tergantung pada banyak faktor, termasuk didalamnya pertimbangan-pertimbangan ekonomi, ukuran kelompok dan kompabilitas (kesesuaian) pemimpin. Bagaimanapun penggunaan ko-pemimpin mengimplikasikan adanya kemanfaatan dan problem.
Dengan adanya co-leading ini mempermudah dalam pemberian arahan, co-leading memungkinkan pemimpin kelompok untuk meningkatksn kemampuan anggota kelompok dengan pemberian ksempatan seluas-luasnya, dan lain sebagainya sehingga memungkinkan untuk menciptakan pemimpin yang handal.
3.2  SARAN
Co-leading berguna dalam konseling kelompok meski dalam penggunaanya dilapangan ada keunggulan dan kelemahannya. Meskipun begitu bagi konselor co-leading sangat diperlukan untuk mengatasi masalah–masalah bagi yang memiliki anggota kelompok yang berlebih, namun tidak mengurangi standar-standar etika dan etika professional konselor.





DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Natawidjaja, Rochman. 2009.  Konseling Kelompok Konsep Dasar dan Pendekatan. Bandung: RISQI PRESS.
 Ibnu M & Noviyanti K D. 2011. Pendekatan Konseling Kelompok. Diktat Kuliah Prodi BK. FIP. IKIP PGRI Madiun.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar