BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Pemimpin
kelompok dengan satu atau lebih teman sejawat akan sangat menguntungkan,
khususnya bagi konselor pemula. Dalam hal ini terdapat beberapa isu yang perlu dipertimbangkan saat bekerja
dengan co-leading (lebih dari satu pemimpin). Dalam hal ini ada tiga model
co-leading yang dapat dipakai. Contoh sederhana adalah saat co-leader mengambil
tempat pada saat arahan terhadap kelompok. Co-leading memberi kesempatan luas
untuk saling pandang saat terjadi perbedaan-perbedaan pandangan. Dengan adanya
co-leading ini mempermudah dalam pemberian arahan, co-leading memungkinkan
pemimpin kelompok untuk meningkatksn kemampuan anggota kelompok dengan
pemberian ksempatan seluas-luasnya, dan lain sebagainya sehingga memungkinkan
untuk menciptakan pemimpin yang handal.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
Dari latar belakang
diatas dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Mengapa
co-leading perlu dipertimbangkan ?
2. Apa
sajakah model co-leading ?
3. Bagaimana
cara agar co-leading dapat berjalan dengan baik ?
4. Apa
dampak psitif dan negative co-laeding ?
1.3 TUJUAN
Dari rumusan masalah
diatas dapat ditarik tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui
mengapa co-leading perlu dipertimbangkan.
2. Mengetahui
model-model co-leading.
3. Mengetahui
cara yang harus ditempuh agar co-leading dapat berjalan dengan lancar.
4. Mengetahui
dampak positif dan negative co-leading.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
PERLUNYA CO-LEADING DIPERTIMBANGKAN
Ada
beberapa hal yang menyebabkan co-leading perlu dipertimbangkan adalah sebagai
berikut:
1. Co-leading
mempermudahkan dalam pemberian arahan dari pada dilakukan dilakuakan secara
sendiri. Misal, co-leader dapat menambahkan ide-ide dan ikut bertanggung jawab
selama kegiatan konseling kelompok berlangsung serta membantu saat bekerja
dengan yang dianggap sulit, seperti turut aktif dalam diskusibyang memungkinkan
untuk mengadakan perubahan-perubahan baik topic diskusi maupun peserta diskusi.
2. Sebagai
peer-feedback (pasangan umpan balik).
Co-leading dapat memungkinkan pemimpin kelompok meningkatkan kemampuan anggota
kelompok dengan cara saling mendapatkan umpan balik sesame mereka. Jika diberi
kesempatan yang luas belajar dari pengalaman yang memunkinkan co-leading akan
menjadi pemimpin kelompok yang handal.
3. Interaksi
model (interactive modeling). Co-leader dapat dijadikan sebagai model untuk
anggota kelompok. Kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dan kerja sama
dapat terlihat saat kerjasama kelompok.
4. Co-leader
yang mempunyai pengetahuan khusus akan banyak diperlukan, misal dalam kelompok
pembinaan remja hamil, pengetahuan yang berkaitan dengan pemeliharaan kehamilan
(prenatal) akan berguna dan merupakan bahan informasi yang sejalan bagi
kelompok tersebut.
5. Co-leader
sering mengetengahkan pandangan pengalaman kehidupan yang berbeda kelompok saat
berlangsungnya diskusi kelompok dan hal ini dapat dijadikan sebagai salah astu
rujukan pandangan dan isu-isu informasi kelompok.
2.2
MODEL-MODEL CO-LEADING
Model co-leading ada tiga macam,
yakni alternative leading, sharcd leading
dan the appretince model. Dari
ketiga model co-leading ini pemilihan disesuaikan dengan tujuan dan sasaran
yang hendak dicapai kelompok . begitu pula, dengan pengalaman dari kedua
pemimpin kelompok, pola atau gaya masing-masing individu co-leader, dan tingkat
kemampuan dalam merasakan adanya kebutuhan akan sangat menunjang kepemilikan
bentkuk model.
1. Alternative
leading merupakan model alternative yang dalam model ini co-leader mengambil
peran utama dalam pengarahan. Model ini sangat tepat jika co-leader4 secara
lebih jauh dapat membawapemecahan dalam diskusi dan menemukan solusinya dengan
cara membawa anggota kelompok melalui araha-arahan yang berlawanan, member
dorongan, menjelaskan, dan menyimpulkan hasilnya.
2. Shared
leading dapat terjdi bila co-leader member andil dalam kepemimpinan kelompok
pada waktu periode tertentudengan secara aktif berperan sebagai anggota yang
bekerjasama, turut larut,dan yang turut membesarkan hati mereka.
3. Appretince
model dalam model ini biasanya pemimpin kelompok harus lebih berpengalaman dari
pada anggotanya. Dalam hal ini, co-leader perlu banyak belajar melalui apa yang
ia lihat dan coba sendiri untuk member arahan pada beberapa kesempatan
tertentu.
2.3
CARA CO-LEADING BERJALAN LANCAR
Agar co-leading dapat brjalan dengan
lancar, maka bagi pemimpin kelompok harus memiliki komprten dalam bidang
berikut :
1. Knowledge
(ilmu pengetahuan)
Pengetahuan
yang berkaitan dengan bahan-bahan diskusi harus sudah dikuasai agar para
anggota kelompok tidak mendapatkan persaan kecewa yang mendalam. Pemimpin atau
konselor kelompok yang baik puya rasa tanggung jawab yang beretika untuk selalu
berusaha mencari bagaimana cara dan upaya untuk mengaplikasikan bahan-bahan
diskusi.
2. Perkembangan
diri personal growth (perkembangan diri)
Tidak
etis bila pemimpin kelompok menggunakan kelompok bimbinganya untuk kepentingan
peningkatan perkembangan dirinya. Namun, perkembangan dirinya seharusnya
diperoleh dari hasil latihannya.
3. Dual
relationships
Hubungan
timbal balik secara dua arah akan sangat menguntungkan konseli dan anggota
kelompok. Isal beberapa kelompok dari seorang pemimpin kelompok yang juga
sebagai konselor dalam suatu keluarga,biasanya memanfaatkan sosialisasi dari
kedua bentuk kegiatan tersebut dalam konselingnya. Tetapi tidak boleh dilakukan
manakala yang merupakan konseli tersebutmasuk dalam konseling individual.
4. Confidentiality
(kerahasiaan)
Ada
dua hal pokok yang berkenaan dengan etik kerahasiaan, yakni yang pertama pemimpin
kelompok hendaknya menyimpan semua rahasiaseluruh anggota kelompok dan yang
kedua adanya kelangkaan kemampuan pemimpin kelompok untuk melakukan control
secara menyeluruh berkenaan dengan cara-cara penyimpanan data rahasia tersebut.
Oleh karenanya pemimpin kelompok harus berhati-hati memberikan informasi kepada
siapapun tidak terkecuali anggota keluarga, teman dekat, teman bisnis, dan lain
sebagainya, jadi pemimpin kelompok harus bisa menjamin kerahasiaan semua
konseli.
2.4
DAMPAK POSITIF NEGATIF CO-LEADING
Beberapa
pemimpin konseling kelompok lebih senang kerja sendirian, dan beberapa pemimpin
kelompok yang lain lebih senang menggunakan pembantu (ko-pemimpin) khusunya
ketika mereka menangani kelompok-kelompok besar yang memiliki anggota lebih
dari 12 orang, Ko-pemimpin adalah seorang profesional yang telah dilatih.
Ketepatan penggunaan ko-pemimpin tergantung pada banyak faktor, termasuk
didalamnya pertimbangan-pertimbangan ekonomi, ukuran kelompok dan kompabilitas
(kesesuaian) pemimpin. Bagaimanapun penggunaan ko-pemimpin mengimplikasikan
adanya kemanfaatan dan problem.
Keuntungan
yang diperoleh dengan penggunaan ko-pemimpin kelompok adalah:
1.
Mudah menangani kelompok dalam
situasi sulit
2.
Memberikan lebih banyak model
3.
Umpan balik
4.
Berbagi pengetahuan khusus
5.
Pertimbangan praktis
Sedangkan
keterbatasan penggunaan ko-pemimpin dalam konseling kelompok adalah:
1.
Kurang adanya upaya yang
terkoordinasi
2.
Terlalu banyak perhatian diberikan
pada pemimpin
3.
Kompetisi
4.
Kolusi
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Beberapa pemimpin konseling kelompok
lebih senang kerja sendirian, dan beberapa pemimpin kelompok yang lain lebih
senang menggunakan pembantu (ko-pemimpin) khusunya ketika mereka menangani
kelompok-kelompok besar yang memiliki anggota lebih dari 12 orang, Ko-pemimpin
adalah seorang profesional yang telah dilatih. Ketepatan penggunaan ko-pemimpin
tergantung pada banyak faktor, termasuk didalamnya pertimbangan-pertimbangan
ekonomi, ukuran kelompok dan kompabilitas (kesesuaian) pemimpin. Bagaimanapun
penggunaan ko-pemimpin mengimplikasikan adanya kemanfaatan dan problem.
Dengan adanya co-leading ini mempermudah dalam
pemberian arahan, co-leading memungkinkan pemimpin kelompok untuk meningkatksn
kemampuan anggota kelompok dengan pemberian ksempatan seluas-luasnya, dan lain
sebagainya sehingga memungkinkan untuk menciptakan pemimpin yang handal.
3.2 SARAN
Co-leading berguna dalam konseling kelompok meski
dalam penggunaanya dilapangan ada keunggulan dan kelemahannya. Meskipun begitu
bagi konselor co-leading sangat diperlukan untuk mengatasi masalah–masalah bagi
yang memiliki anggota kelompok yang berlebih, namun tidak mengurangi
standar-standar etika dan etika professional konselor.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.
Dr. Natawidjaja, Rochman. 2009. Konseling Kelompok Konsep Dasar dan
Pendekatan. Bandung: RISQI PRESS.
Ibnu M & Noviyanti K D. 2011. Pendekatan
Konseling Kelompok. Diktat Kuliah Prodi BK. FIP. IKIP PGRI Madiun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar